Arsip Kategori: YAHUDI

Boikot Pemikiran Yahudi (02): Karakter Yahudi dalam Alquran

Boikot Pemikiran Yahudi (02): Karakter Yahudi dalam Alquran

konspirasia pemikiran zionis yahudi indonesia

Boikot Pemikiran Yahudi

Pada pembahasan sebelumnya (Boikot Pemikiran Yahudi (01)) , kita telah menemukan titik kesimpulan bahwa memboikot karakter, perilaku, atau pemikiran Yahudi selayaknya lebih ditekankan, daripada sekedar boikot produk mereka.

Di bagian ini kita akan mengenal karakter Yahudi yang Allah sebutkan dalam Alquran:

Pertama, mereka menghina Allah

Diantara bentuk penghinaan yang mereka lakukan adalah menyebut Allah fakir, yang membutuhkan bantuan hamba-Nya,

لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ

Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: “Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya”. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): “Rasakanlah olehmu azab yang mem bakar.” (QS. Ali imran: 181).

Barangkali kita pernah mendengar, diantara kaum muslimin ada yang mencela dan menghina Allah. Mereka menyebut zallim, Allah tidak adil, dst. Karena dia merasa sempit dengan musibah yang dia alami.

Kedua, sangat membenci orang mukmin

Kebencian itu tergambar dari sikap mereka yang selalu mengganggu secara fisik maupun pemikiran kepada orang yang beriman.

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

Sungguh engkau akan jumpai orang yang paling keras permusuhanya kepada orang yang beriman, adalah orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al-Maidah: 82).

Sikap semacam ini ditiru oleh mereka yang sangat gandrung dengan kesyirikan. Kebencian mereka terhadap ahlu tauhid, orang yang komitmen dengan tauhid sangat keras. Semua itu dilakukan untuk membela kesyirikan mereka.

Ketiga, menipu, khianat, dan mengingkari janji

فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً

“Karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu.” (QS. Al-Maidah: 13).

Sejarah menjadi saksi perbuatan mereka. Mereka suka membatalkan janji dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berusaha membunuh beliau beberapa kali.

Sikap semacam ini telah diwarisi oleh orang Syiah. Dengan aqidah taqiyahnya, mereka tidak segan-segan untuk mengelabuhi selain Syiah agar bisa simpati kepada Syiah. Sejarah runtuhnya Baghdad di tangan Tartar, menyisakan kenangan pahit. Khalifah Abbasiyah melakukan kesalahan fatal, karena menunjuk Nashiruddin ath-Thusi menjadi perdana menterinya. Dia mengelabuhi khalifah, sehingga Baghdad sangat lemah dari pasukan bersenjata dan Tartar bisa leluasa membantai masyarakat Baghdad.

Keempat, membunuh para nabi

Orang Yahudi telah membunuh Nabi Zakariya, Nabi Yahya, dan nabi-nabi lainnya.

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاؤُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”

Kelima, suka bermaksiat kepada Allah dan melanggar hak orang lain

لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى لِسَانِ دَاوُدَ وَعِيسَى ابْنِ مَرْيَمَ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ

Orang-orang kafir dari Bani Israil telah dilaknat melalui lisan Daud dan Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas.” (QS. Al-maidah: 78).

Keenam, membiarkan kemungkaran dan tidak saling mengingatkan

Lanjutan ayat di atas,

كَانُوا لَا يَتَنَاهَوْنَ عَنْ مُنْكَرٍ فَعَلُوهُ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَفْعَلُونَ

Karena mereka juga tidak saling mencegah kemungkaran yang mereka lakukan. sungguh buruk apa yang mereka kerjakan.” (Al-Maidah: 79).

Membiarkan kemungkaran yang berceceran di tempat kita, telah menjadi budaya di masyarakat kita. Dengan dalil kebebasan berekspresi. Bahkan, mengingatkan orang lain agar meninggalkan kemungkaran, dinilai sebagai pelanggaran terhadap hak asasi orang lain atau mencampuri urusan orang lain. Sebagian orang ketika diingatkan pada saat melakukan maksiat, dia balik bantah: ‘Apa urusanmu melarang saya maksiat.’ Karakter semacam ini yang berusaha ditanamkan oleh JIL (Jaringan Islam Liberal) melalui pemikiran permisifisme. Segalanya boleh, segalanya benar, selama tidak mengganggu orang lain.

Ketujuh, memakan harta orang lain dengan cara haram

وَتَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يُسَارِعُونَ فِي الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَأَكْلِهِمُ السُّحْتَ لَبِئْسَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu.” (QS. Al-Maidah: 62).

Realita membuktikan, mereka menjadi orang yang sangat antusias untuk mengusai bank-bank riba. Mengusai harta umat, ditambah 5% bunga. Hal yang saja juga terjadi pada pegawai pemerintah. Suap dan gratifikasi, telah menjadi tradisi yang tidak terpisahkan. Ingat, itu karakter Yahudi.

Kedelapan, menyembunyikan kebenaran

وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ

(Ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima.” (QS. Ali Imran: 187)

Barangkali inilah sebab tersebar mengapa Yahudi menjadi umat dimurkai. Para rahib mereka sejatinya mengetahui kebenaran melalui taurat, namun mereka menyembunyikannya. Mereka sadar betul, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi dan rasul terakhir, seperti yang diisyaratkan dalam Taurat.

Latar belakang para rahib menyembunyikan ilmu adalah untuk mempertahankan status quo mereka di tengah masyarakat Yahudi. Karena jika mereka berani menyampaikan kebenaran, masyarakat tidak akan lagi menghargai dirinya dan tidak akan memberikan upeti mereka untuk sang rahib.

Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang pendeta Yahudi namanya Abdullah bin Salam. Masyarakat Yahudi menyebutnya orang terbaik, dari keturunan terbaik, dst. Sampai suatu ketika dia masuk Islam. Spontan mereka berbalik prinsip dan mencaci habis Abdullah bin Salam radhiyallahu ‘anhu. (HR. Bukhari 3938).

Betapa banyak juru dakwah di sekitar kita yang memahami kebenaran, namun mereka enggan menyampaikannya. Betapa banyak para kiyai yang memahami tauhid, syirik, sunah, bid’ah, namun mereka diam dan membiarkan masyarakatnya berlumuran di kubangan kesyirikan dan bid’ah. Mereka tidak mau untuk menampakkan kebenaran, karena takut dengan masyarakatnya.

Para ulama mengingatkan:

احذروا فتنة العالم الفاجر ، والعابد الجاهل ، فإن فتنتهما فتنة لكل مفتون فهذا  يشبه المغضوب عليهم ، الذين يعلمون الحق ولا يتبعونه وهذا  يشبه الضالين الذين يعملون بغير علم

Hati-hatilah terhadap fitnah (bahaya) ulama jahat, atau ahli ibadah yang bodoh. Karena bahaya disebabkan mereka adalah bahaya bagi semua umat yang mengikutinya. Ulama jahat mirip dengan orang yang dimurkai (Yahudi), dimana mereka mengenal kebenaran, namun tidak mau mengikutinya. Dan ahli ibadah yang bodoh mirip dengan Ad-Dhallin (orang yang sesat), yang rajin beramal tanpa ilmu (Iqtidha Shirat Al-Mustaqim, Hal. 119).

Hal yang sama juga pernah diingatkan oleh Sufyan Ibn Uyainah,

إن من فسد من علمائنا ففيه شبه من اليهود

Sesungguhnya ulama kaum muslimin yang sesat, karena ada kemiripan dengan orang Yahudi (Iqtidha Shirat Al-Mustaqim, hlm. 5).

Kesembilan, hasad

Hasad dalam urusan dunia maupun akhirat. Mereka menginginkan agar kenikmatan yang Allah berikan kepada orang lain dicabut. Allah berfirman,

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebahagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran.” (QS. Al-Baqarah: 109).

Mereka iri dengan kaum muslimin, mengapa nabi terakhir tidak diutus di kalangan Yahudi, tapi di kalangan bangsa Arab. Karena kedengkian ini, mereka memusi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Kesepuluh, sangat pengecut

لا يُقَاتِلُونَكُمْ جَمِيعًا إِلَّا فِي قُرًى مُحَصَّنَةٍ أَوْ مِنْ وَرَاءِ جُدُرٍ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيدٌ

Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok.” (QS. Al-Hasyr: 14).

Mereka hanya berani berperang ketika ada senjata canggih. Tanpa itu, mereka tidak berani melakukan apapun. Sebab utamanya adalah karena mereka sangat mencitai dunia. Selayaknya kita tidak mewarisi sifat semacam ini. Takut jihad, takut miskin karena agama, takut mempetaruhakan jiwa untuk menegakkan kebenaran dengan cara yang benar, dst. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut sifat semacam ini sebagai bentuk kemunafikan. Beliau bersabda:

مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ، وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِالْغَزْوِ مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاق

“Siapa yang mati dan belum pernah berperang, dia juga belum terpikir dalam dirinya untuk berperang maka dia mati dengan membawa salah satu cabang kemunafikan.” (HR. Muslim 1910, Abu Daud 2502 dan lainnya).

Kesebelas, sangat antusias dengan dunia

Semangat mereka sangat menggebu-gebu ketika mencari dunia, sampai membuat mereka sangat takut mati dan takut miskin.

وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصَ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ أَلْفَ سَنَةٍ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهِ مِنَ الْعَذَابِ أَنْ يُعَمَّرَ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِمَا يَعْمَلُونَ

Sungguh kamu akan mendapati mereka, manusia yang paling rakus kepada kehidupan (di dunia), bahkan (lebih rakus lagi) dari orang-orang musyrik. Masing-masing mereka ingin agar diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu sekali-kali tidak akan menjauhkannya daripada siksa.” (QS. Al-Baqarah: 96)

Kedua belas, bakhil

Saking bakhilnya, sampai mereka tidak mau keluar harta zakat atau untuk kepentingan agama. Ketika mereka diwajibkan untuk zakat, mereka menuduh Allah bakhil, karena meminta dari hamba-Nya.

وَقَالَتِ الْيَهُودُ يَدُ اللَّهِ مَغْلُولَةٌ غُلَّتْ أَيْدِيهِمْ وَلُعِنُوا بِمَا قَالُوا بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ

Orang-orang Yahudi berkata: “Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.” (QS. Al-Maidah: 64).

Sebagian kaum muslimin yang bakhil karena sayang terhadap hartanya, menolak untuk haji, enggan sedekah, bayar zakat, dst.

Semoga Allah melindungi kita dari semua karakter buruk Yahudi dan orang kafir.

Allahu a’lam

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)

Boikot Pemikiran Yahudi (01)

Boikot Pemikiran Yahudi (01)

boikot produk dan pemikiran yahudi

Boikot Pemikiran Yahudi

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala rasulillah, wa ba’du,

Kalimat boikot kembali mencuat setelah kaum muslimin digemparkan dengan berita Palestina. Upaya boikot pruduk yang berafiliasi dengan Yahudi, oleh sebagian pihak diyakini sebagai salah satu wujud perlawanan terhadap Yahudi. Apapun itu, barangkali kita perlu menyadari, sejatinya ada bentuk boikot yang lebih layak untuk kita lakukan, ketimbang sebatas boikot produk Yahudi. Itulah boikot pemikiran Yahudi.

Anda tentu sepakat bahwa semua polah tingkah Yahudi tehadap kaum muslimin, tidak lain tujuannya adalah untuk menyebarkan pemikiran Yahudi. Dengan ungkapan lain, me-Yahudi-kan pemikiran semua umat manusia, dari manapun latar belakang agamanya. Yang penting mereka loyal terhadap Yahudi, itu yang paling penting. Tak peduli status agama yang melekat di KTP-nya. Orang ber-KTP Islam, ber-KTP Katolik, Kristen, Hindu, Budha, mereka semua bisa “di-Yahudikan”. Keajaiban statistik pemeluk agama di Amerika bisa menjadi contohnya. Mayoritas penduduknya beragama Protestan dan Katolik. Yudaisme kurang dari 2%. Namun di negara ini, pemikiran Yahudi begitu dihargai, dan menjadi negara pelindung terkuat bagi negara pusat Yahudi yang menjajah Palestina.

Allah berfirman;

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَى حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

Orang Yahudi dan orang Nasrani, tidak akan pernah ridha kepamu, sampai kamu mengikuti millah mereka.” (QS. Al-Baqarah: 120).

Mengikuti millah Yahudi tidak harus dalam wujud pindah agama atau ganti KTP dengan status Yahudi. Bisa juga dalam bentuk menuruti semua kemauan mereka atau bahkan pemikiran mereka. Hal ini sebagaimana dikuatkan oleh tafsir Ibn Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa ayat ini turun berkenaan dengan keinginan orang Yahudi Madinah dan orang Nasrani penduduk Najran agar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat shalat menghadap ke kiblat mereka (Baitul Maqdis). Ketika Allah pindahkan kiblat kaum muslimin ke Ka’bah, mereka putus asa untuk bisa menarik simpati Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (Zadul Masir, 1:106 – 107).

Dalam surat Al-Fatihah yang kita baca kurang lebih 17 kali dalam sehari, Allah mengajarkan kepada kita untuk berdoa agar dihindarkan dari dua jalan: orang yang dimurkai dan orang yang sesat. Tafsirnya, orang yang dimurkai adalah Yahudi, sedangkan orang yang sesat adalah Nasrani berdasarkan riwayat dari Adi bin Hatim dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kita sangat yakin, mereka bestatus sebagai orang dimurkai lantaran perbuatannya dan bukan orangnya. Karena andaikan mereka meninggalkan perbuatan buruknya itu, dan kembali pada jalan yang benar, predikat sebagai ‘orang yang dimurkai’ tentu tidak lagi melekat pada dirinya. Dengan demikian, semua usaha untuk menjauhi sifat dan perilaku orang Yahudi, merupakan upaya menjauhkan diri kita dari status ‘dimurkai’, sebagaimana sebaliknya, meniru sifat, kebiasaan, atau bahkan pemikiran Yahudi, bisa menjadi sebab munculnya status ‘dimurkai’.

Syaikhul Islam menjelaskan salah satu kandungan akhir surat Al-Fatihah:

أن المخالفة في الهدى الظاهر توجب مباينة ومفارقة توجب الانقطاع عن موجبات الغضب وأسباب الضلال

“Sesungguhnya menyelisihi penampilan lahiriyah mengharuskan kita tampil beda dan terpisah dari mereka membebaskan kita dari sebab murka dan sebab kesesatan.” (Iqtidha’ Shirat Al-Mustaqim, Hal. 11).

Oleh karena itulah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat, sangat antusias untuk menjadi pribadi yang tampil beda dengan Yahudi. Jangankan pemikiran, sampai dalam masalah penampilan luar-pun, beliau berusaha untuk berbeda dengan orang Yahudi. Berikut beberapa contoh, bagaimana upaya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk tampil beda dengan orang Yahudi,

Pertama, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اليَهُودَ، وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ، فَخَالِفُوهُمْ

Sesungguhnnya Yahudi dan Nasrani tidak menyemir uban mereka. Karena itu, nampakkan sikap beda dengan mereka.” (HR. Bukhari 3462 dan Muslim 2103).

Andapun tentu yakin, yang namanya uban, tidak dibuat oleh pemilik uban. Tidak ada uban yang datang diundang. Artinya, 100% di luar kesengajaan manusia. Meskipun demikian, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kaum muslimin yang beruban agar disemir, sehingga bisa tampil beda dengan orang Yahudi.

Kedua, dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila mengiringi jenazah ke makam, beliau tidak duduk sampai jenazah dimasukkan ke liang lahat. Tiba-tiba datang pendeta Yahudi dan mengatakan: “Seperti ini yang kami lakukan, wahai Muhammad!” spontan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk dan mengatakan:

اجْلِسُوا خَالِفُوهُمْ

Duduklah kalian, nampakkan sikap beda dengan mereka.” (HR. Abu Daud 3176, turmudzi 1020, Ibn Majah 1545 dan dihasankan al-Albani).

Ketiga, dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا كَانَ لِأَحَدِكُمْ ثَوْبَانِ فَلْيُصَلِّ فِيهِمَا فَإِنْ لَمْ يَكُنْ إِلَّا ثَوْبٌ وَاحِدٌ فَلْيَتَّزِرْ بِهِ، وَلَا يَشْتَمِلْ اشْتِمَالَ الْيَهُودِ

Apabila kalian memiliki dua pakaian (atasan dan bawahan), gunakanlah keduanya untuk shalat. Dan jika hanya punya satu pakaian, gunakan untuk sarung, dan jangan dipakai seperti cara memakainya orang Yahudi.” (HR. Abu Daud 635, Ad-Darimi 1412 dan dishahihkan al-Albani).

Al-Khatabi menjelaskan makna isytimal al-yahud (cara berpakaian orang Yahudi), seseorang mengenakan selembar kain di taruh di pundaknya, sementara ujung-ujung kain itu dibiarkan menjuntai ke bawah dan tidak disampirkan ke samping (Aunul Ma’bud, 2:239).

Keempat, dari Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda menyuruh sahabat agar sesekali shalat memakai sandal atau sepatu:

خَالِفُوا الْيَهُودَ فَإِنَّهُمْ لَا يُصَلُّونَ فِي نِعَالِهِمْ، وَلَا خِفَافِهِمْ

Nampakkan sikap beda dengan orang Yahudi. Sesungguhnya mereka tidak shalat dengan memakai sandal atau sepatu.” (HR. Abu Daud 652 dan dishahihkan al-Albani).

Kelima, ketika wanita di kalangan Yahudi mengalami haid, maka mereka menempatkannya di luar rumah, tidak diajak makan atau kumpul keluarga, sampai suci. Setelah berita ini sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau perintahkan kepada para sahabat,

جَامِعُوهُنَّ فِي الْبُيُوتِ، وَاصْنَعُوا كُلَّ شَيْءٍ غَيْرَ النِّكَاحِ

Ajak mereka berkumpul di rumah kalian. Lakukan segalanya dengan istri kalian, selain hubungan badan.” (HR. Muslim 302 dan Abu Daud 2165).

Keenam, tentang anjuran menyegerahkan berbuka, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَزَالُ الدِّينُ ظَاهِرًا مَا عَجَّلَ النَّاسُ الْفِطْرَ، لِأَنَّ الْيَهُودَ، وَالنَّصَارَى يُؤَخِّرُونَ

Islam akan senantiasa jaya, selama kaum muslimin berusaha menyegerahakn berbuka. karena Yahudi dan Nasrani selalu mengakhirkan berbuka.” (HR. Abu Daud 2353, Ibn Khuzaimah 2058 dan dihasankan al-Albani).

Ketujuh, tentang puasa Asyura’

Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan puasa Asyura, dan beliau menyuruh para sahabat untuk melakukannya, salah seorang sahabat datang dan melaporkan bahwa hari Asyura adalah hari yang diagungkan orang Yahudi dan Nasrani. Beliau bersabda:

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ صُمْنَا يَوْمَ التَّاسِعِ

Jika datang tahun depan, kita akan puasa tanggal 9 muharam.” (HR. Muslim 1134 dan Abu Daud 2445).

Sehingga puasa yang dianjurkan bagi kaum muslimin di bulan Muharam ada 2 hari, tanggal 9 dan 10 Muharam. Ini berbeda dengan gaya puasanya Yahudi yang hanya melaksanakan tanggal 10 Muharam saja.

Kedelapan, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kaum muslimin menjadikan kuburan sebagai masjid. Beliau bersabda:

قَاتَلَ اللَّهُ اليَهُودَ، اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ

Semoga Allah membinasakan Yahudi. Mereka telah menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai masjid.” (HR. Bukhari 437 dan Muslim 530)

Kesembilan, dari Abdullah bin Busr dari saudarinya, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mengkhususkan hari sabtu untuk puasa sunah. Karena hari sabtu adalah hari yang diagungkan Yahudi (HR. Abu Daud 744 dan dishahihkan al-Albani)

Kesepuluh, selama 6 bulan di Madinah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam shalat menghadap ke baitul maqdis. Kemudian beliau selalu menengadahkan kepalanya ke langit, berharap agar kiblat diubah ke Mekah. Kemudian Allah turunkan perintah agar menghadapkan wajah ke Mekah ketika shalat dengan turunnya surat Al-Baqarah ayat 144.

Sebagaimana Yahudi, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan untuk menampakkan sikap yang berbeda dengan semua orang musyrik. Sampaipun hanya dalam penampilan. Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

خَالِفُوا المُشْرِكِينَ: وَفِّرُوا اللِّحَى، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ

Nampakkan sikap berbeda dengan orang musyrik: biarkan jenggot dan pangkas kumis. (HR. Bukhari 5892 dan Muslim 259)

Dalam riwayat yang lain, nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

جُزُّوا الشَّوَارِبَ، وأَرْخُوا اللِّحَى خَالِفُوا الْمَجُوسَ

Pangkas kumis, biarkan jenggot, nampakkan sikap berbeda dengan orang majusi.” (HR. Muslim 260).

Menyadari semangat beliau semacam ini, sampai orang Yahudi berkomentar,

مَا يُرِيدُ هَذَا الرَّجُلُ أَنْ يَدَعَ شَيْئًا مِنْ أَمْرِنَا إِلَّا خَالَفَنَا فِيهِ

“Orang ini hanya punya keinginan untuk menyelisihi semua perilaku kita.” (HR Muslim 302, Abu Daud 258 dan yang lainnya)

Betapa sedihnya orang Yahudi, ketika apa yang menjadi misi utamanya tidak digubris kaum muslimin. Kita masih menyisakan pembahasan pemikiran Yahudi yang Allah sebutkan dalam Alquran dan protokol yang menjadi kesepakatan mereka.

Allahu a’lam

Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits